Ada saatnya aku merasa telah memberikan segalanya untuk seseorang. Waktu, perhatian, bahkan seluruh hati, hanya untuk menyadari bahwa aku hanyalah bagian kecil dalam ceritanya. Aku hadir, tapi tidak pernah benar-benar diutamakan. Aku mengisi ruang yang kosong, tetapi tidak pernah menjadi alasan seseorang untuk tinggal.
Awalnya, aku berpikir tidak apa-apa. Selama masih bisa berada di dekatnya, meski hanya pinggiran, aku sudah merasa cukup. Aku percaya bahwa dengan kesabaran, dengan tetap bertahan, suatu saat dia akan menyadari bahwa aku lebih dari sekedar ada.
Namun, tidak peduli seberapa banyak yang aku berikan, tidak semua orang akan melihatku seperti yang aku harapkan. Aku bisa menjadi cahaya dalam gelapnya, tempat pulang dikala lelah, tapi jika dalam hatinya aku hanyalah persinggahan sementara, maka seberapa keras pun aku bertahan, aku tetap tak akan menjadi tujuan akhirnya.
Dan tahukah kamu apa yang lebih menyakitkan dari sekadar menjadi figuran? Bukan hanya sekadar tersisih, tetapi menyadari bahwa aku hanyalah tempat singgah sementara. Aku ada dalam kisahnya, tetapi bukan bagian dari akhirnya. Aku menjadi tempat berbagi tawa, tempat mengadu luka, tetapi ketika saatnya tiba untuk memilih, aku tetap menjadi yang terabaikan. Lebih menyakitkan lagi, bukan karena ada orang lain yang menggantikan, tetapi karena aku memang tidak pernah benar-benar dianggap ada.
Lalu, apakah semua ini ada artinya? Mengapa aku terus menggenggam sesuatu yang tak pernah menggenggamku kembali? Mengapa aku rela menetap di hati yang tak pernah benar-benar menyediakan ruang? Mengapa aku masih berharap pada seseorang yang bahkan tak akan menoleh saat aku pergi?
Aku berhak untuk dicintai dengan utuh, bukan hanya disisakan. Aku berhak menjadi pilihan yang pasti, bukan sekadar persinggahan yang dilupakan saat tak lagi dibutuhkan.
Aku tahu bagaimana rasanya bertahan dalam ketidakpastian, berharap pada sesuatu yang tak pernah benar-benar menggenggamku kembali. Tapi cinta seharusnya tidak membuatku merasa kecil, tidak membuatku bertanya-tanya apakah aku cukup berarti. Jika kehadiranku hanya diperhitungkan saat dibutuhkan, tetapi diabaikan saat aku butuh seseorang ... maka mungkin sudah waktunya aku memilih diriku sendiri.
Memiliki tempat itu penting. Tetapi jika hanya sekedar menjadi bayangan, hanya sekedar figuran dalam hidup seseorang ... itu bukan tempat yang pantas untukku.
Mungkin sudah waktunya aku keluar dari cerita itu dan mulai menulis kisahku sendiri.
Komentar
Posting Komentar